Arsip

Posts Tagged ‘hamidi’

AKHLAK ORANG YANG BERJIWA BESAR (Bag. V)

Sekarang mari kita tengok contoh ketiga, yakni dari diri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, saat bermuamalah dengan Abdullah bin Ubay bin Salul. Abdullah bin Ubay terkenal sebagai tokoh kaum munafiqin di masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Semua orang tahu, bahwa Abdullah bin Ubay ini adalah ra’sul munafiqin, imamnya orang-orang munafiq, sebagaimana ditunjukkan oleh sikapnya terhadap Islam. Saat perang Muraysi’ pecah, dia mengatakan, “Perumpamaan kita dengan Muhammad dan para shahabatnya adalah seperti kata pepatah, “beri makan terus anjingmu, nanti kalau sudah besar ia akan memangsamu.” Artinya, ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para shabatnya kita beri kesempatan, mereka akan menindas kita. Ini kata Abdullah bin Ubay dan orang-orang munafiq yang bersamanya. Ia juga mengatakan “jangan kalian infakkan apa yang ada ditangan kalian kepada orang-orang yang bersama Muhammad supaya mereka menjauh dari Muhammmad.” Demikianlah ucapan Abdullah bin Ubay, dan ini hanya sebagian dari sikap mereka (yang menyakitkan) terhadap

Baca selengkapnya…

AKHLAK ORANG YANG BERJIWA BESAR (Bag. IV)

Imam Ahmad rahimahullah telah disiksa dan diperlakukan secara zalim. Namun beliau tidak pernah membuka lagi catatan-catatan masa lalu saat ketika disiksa, tidak ingin mengingat orang-orang yang dahulu pernah terlibat dalam penyiksaan beliau, serta tidak pernah mengungkit-ungkit lagi bahwa “si fulan yang dulu mengejek saya, si fulan yang dulu begini dan begitu”. Beliau tidak membuat perhitungan dengan orang-orang tersebut, bahkan menghamparkan pintu maaf yang seluas-luasnya bagi semua orang-orang tersebut.

Contoh lain yang sangat mulia adalah perkara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah

Baca selengkapnya…

AKHLAK ORANG YANG BERJIWA BESAR (Bag. III)

Ayyuhal Ikhwan, banyak sekali contoh dari sikap salufus shalih yang patut kita teladani berkaitan dengan sifat ‘afuu. Di sini kami tidak banyak gunakan sebagai contoh dari Rasulullah shallallahu alaihi wasalam, lantaran beberapa sebab.

Pertama, karena akhlak Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah akhlak Al-Quran, sebagai mana disampaikan Ummul Mu’minin A’isyah radhiallahu anha,Sungguh akhlak beliau (Nabi shallallahu alaihi wasallam) adalah al-Quran.” Karena akhlak beliau adalah Al-Quran, maka jelas kita meyakini bahwa dari sisi akhlak beliau-lah yang paling mulia, paling lapang dada dan berjiwa besar.

Kedua, agar orang tidak beralasan, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dapat bersifat lapang dada, berjiwa besar dan mudah memaafkan karena beliau adalah rasul, maksum dan telah disucikan oleh Allah Ta’ala. Beliau telah disucikan dari bagian setan, dibersihkan dadanya dari bagian-bagian setan pada masa kecil dan saat isra’ dan mi’raj. Dimana hal ini kemudian dijadikan sebagai alasan untuk membenarkan perbuatan-perbuatan salahnya. Olehnya, kami mengangkat contoh dari kehidupan para

Baca selengkapnya…

AKHLAK ORANG YANG BERJIWA BESAR (Bag. II)

Materi ini diarahkan pada seluruh kalangan baik ulama, du’at, thulabul ilmi dan mereka yang memangku jabatan, baik jabatan tinggi atau-pun rendah. Juga ditujukan kepada para bapak, ibu, para pendidik dan pengajar serta orang awam pada umumnya. Demikian pula ditujukan kepada semua yang

Baca selengkapnya…

AKHLAK ORANG YANG BERJIWA BESAR (BAG. I)

AKHLAK ORANG YANG BERJIWA BESAR (BAG. I)

Oleh: Fadhilatus Syaikh Dr. Khalid bin Utsman as-Sabt –hafidzahullah

Alih Bahasa: Team al-Inshof

Pembaca budiman, disebabkan akhlak dan perangai terpuji begitu tinggi kedudukannya di mata Allah Ta’ala dan umat secara umum, terlebih bagi mereka yang mengusung misi dakwah Ahlu Sunnah wal Jama’ah, maka kami

Baca selengkapnya…

Muhammad shallallahu’alaihiwasallam Manusia Agung

19 Januari 2010 Tinggalkan komentar

Muhammad adalah seorang manusia, Agung dalam segala hal

Oleh: DR. Yahya Ibrahim Yahya

Beliau adalah manusia agung dalam segala hal…agung dalam segala aspek kehidupan. Agung dalam akhlaknya.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pemarah.”

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mengingkari janji.”

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah balas dendam untuk dirinya.”

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memukul perempuan.”

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah berdusta.”

Sebelum di utus menjadi Nabi beliau sudah di kenal dengan kejujurannya dan dipercaya. Setelah beliau di utus, ibu kita ‘Aisyah menyebutkan:

“كان خلقه القرآن”

“Akhlak beliau adalah al Qur’an”. (HR. Imam Ahmad ,25302) sanadnya shahih dengan syarat Bukhari dan Muslim.

Beliau manusia agung dalam hal pandangan politiknya, suatu hari beliau bersabda setelah perang Khandaq,

“اليوم نغزوهم و لا يغزوننا”

“Hari ini kita memerangi mereka dan mereka tidak akan memerangi kita” (HR. Bukhari, 4109-4110).

Agung sifat ruhiyahnya. Beliau melakukan shalat malam sampai bengkak kedua telapak kakinya, kemudian beliau bersabda:

“أفلا أكون عبدا شكورا؟”

“Apakah aku (tidak mau menjadi) hamba yang banyak bersyukur?”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau manusia agung ketika memaafkan musuh-musuhnya,

“اذهبوا فأنتم الطلقاء “ضعفه الألباني السلسلة الضعيفة (1163)

”silahkan kalian pergi karena kalian bebas”, hadits ini di lemahkan oleh Syekh al Bany dalam kitabnya as Silsilatu ddaifah (silsilah hadits lemah) (1163).

Agung dalam menanamkan rasa optimis pada jiwa manusia:

“و الله ليبلغن هذا الأمر ما بلغ الليل و النهار، حتى تخرج المرأة من الحيرة وحدها إلي البيت لا تخشى إلا الله.”

“ Demi Allah, hal (agama) ini pasti akan tersebar seperti tersebarnya siang dan malam, sehingga seorang wanita keluar dari al Hirah (nama tempat) seorang diri ke rumahnya dan dia tidak merasa takut kecuali kepada Allah Ta’aalaa”. (HR. Ahmad (16957) sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim).

Agung atas keberaniannya, ketika beliau bersabda pada perang Hunain:

“أنا النبي لا كذب أنا بن عبد المطلب”

“saya adalah seorang nabi dan bukan suatu kebohongan, saya cucu Abdul Muththalib”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Agung dalam kemampuannya mengumpulkan manusia berada di sekitarnya,

Beliau mengetahui potensi yang dimiliki para shahabatnya, beliau menempatkan setiap shahabat pada posisinya masing-masing yang sesuai.

Agung bersama para pemuda..

Beliau mengumpulkan para kaum muda dari shahabat dan mengadakan perlombaan memanah, beliau bersabda: “memanahlah wahai Bani ismail karena nenek moyang kalian adalah ahli memanah, sedangkan saya bersama si fulan dan fulan melawan fulan dan fulan….maka kelompok Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanah sementara kelompok yang lain tidak memanah, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka “Mengapa kalian tidak memanah?” lalu mereka menjawab:  Bagaimana kami bisa memanah sementara anda ya Rasulullah bersama dengan mereka”, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Silahkan memanah dan saya bersama dengan kalian semua”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Beliau manusia agung di mata isteri beliau..

Kesaksian Khadijah sebagai isteri beliau:

“كـــلا و الله لا يخزيـــك الله أبـــدا

“Sekali-kali tidak Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan engkau sedikitpun”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sumber: www.rasoulallah.net/subject2.asp?lang=ar&parent_id=1&sub_id=175

Diterjemahkan oleh: Ust Ridwan Hamidi

Kisah Adam dari buku Syaikh as Sa’di (2)

19 Januari 2010 Tinggalkan komentar

Ilmu yang sempurna menjadikan kelengkapan Akhlak yang sempurna. Lalu Allah pun ingin memperlihatkan kesempurnaan makhluk ini kepada para malaikat. Dia perlihatkan benda-benda tersebut kepada malaikat seraya berkata kepada mereka:

أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” (QS. Al-Baqarah [2]: 31).

Yakni jika kalian benar pada maksud ucapan kalian sebelumnya bahwa Allah tidak menciptakan Nabi Adam ‘Alaihissalam itu lebih baik dan ucapan mereka ini didasarkan kepada apa yang mereka ketahui waktu itu, (bukan bermaksud untuk kufur kepada hikmah Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa).

Malaikat pun tidak mengetahui nama-nama benda tersebut, mereka menjawab:

سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .” (QS. Al-Baqarah [2]: 32).

Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:

يَا آدَمُ أَنبِئْهُم بِأَسْمَآئِهِمْ

“Beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.”(QS. Al-Baqarah [2]: 33).

Para malaikat pun menyaksikan sebagian kesempurnaan makhluk ini serta ilmunya yang tidak mereka sangka. Dari kejadian ini mereka benar-benar mengetahui dengan bukti yang ada betapa sempurnanya hikmah Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa, sehingga mereka benar-benar menghargai Adam ‘alaihissalaam. Lalu Allah ingin menampakkan pemuliaan dan penghormatan para malaikat kepada Nabi Adam ‘Alaihissalam secara lahir batin. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman kepada malaikat:

اسْجُدُواْ لآدَمَ

“Sujudlah kamu sekalian kepada Adam,” (QS. Al-Baqarah [2]: 34).

Untuk menghormatinya, mengagungkannya, memuliakannya sekaligus sebagai bentuk ibadah, ketaatan, kecintaan, dan pendekatan diri kepada Rabb kalian.

Mereka semua segera bersujud. Dan Iblis saat itu bersama mereka. Perintah untuk bersujud tertuju kepadanya pula, Namun ia bukan dari kalangan malaikat, dia termasuk jenis jin yang tercipta dari api yang panas. Dia menyambunyikan kekufuran kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa serta hasad (dengki) kepada manusia yang telah Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa utamakan dengan kelebihan ini.

Kesombongan dan kekufurannya menyebabkannya menolak untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagai bentuk kesombongan dan kekufuran kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Tidak hanya menolak, dia bahkan menyanggah Rabb-Nya serta mencela kebijaksanaan-Nya. Iblis berkata:

أَنَاْ خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ

“Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. Al-A’raaf [7]: 12).

Allah suhanahuwaTa’aalaa pun menjawabnya:

يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ الْعَالِينَ

“Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” (QS. Shaad [38]: 75).

Kekufuran, kesombongan, keengganan, dan penolakan yang keras ini merupakan sebab satu-satunya yang menjadikannya terusir dan terlaknat.

Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa berkata kepadanya:

فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَن تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ

“Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. (QS. Al-A’raf [7]: 13).

(Taisiir al Lathiif al Mannaan, fi khulaashoti tafsiir al Qur’an, Syaikh Abdurrahman as Sa’di 320-321)

—————

* Materi ini disampaikan dalam kajian rutin Qashashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi) yang disampaikan oleh ustadz Ridwan Hamidi, Lc di masjid Darul Ulum Yogyakarta. (Kajian diselenggarakan oleh Wahdah Islamiyah Yogyakarta).

Sumber: kisahrasul.wordpress.com/2010/01/19/kisah-adam-dari-buku-syaikh-as-sa%E2%80%99di-2/

Kisah Adam dari buku Syaikh as Sa’di (1)

19 Januari 2010 Tinggalkan komentar

KISAH ADAM ‘ALAIHISSALAAM

(Bapak Manusia)

Allah adalah Dzat Yang Maha Awal, tiada sesuatupun sebelum-Nya. Allah senantiasa melakukan apa yang Dia kehendaki. Tidaklah terlepas suatu waktu pun dari perbuatan dan perkataan yang bersumber dari kehendak dan keinginan-Nya sesuai dengan hikmah Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa, Dzat yang Maha Bijaksana pada setiap takdir dan ketetapan-Nya, juga Maha Bijaksana pada seluruh syariat-Nya (yang dia tetapkan) bagi para hamba-hamba-Nya.

Maka, tatkala hikmah Allah yang luas, ilmu-Nya yang menyeluruh, serta rahmat-Nya yang begitu sempurna menuntut diciptakannya Nabi Adam, sang bapak manusia, -dimana Allah telah benar-benar melebihkan manusia dari kebanyakan makhluk-Nya yang lain- Allah pun mengumumkan hal itu kepada para malaikat. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:

إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً

“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30).

Untuk menggantikan makhluk-makhluk sebelum mereka, yang hanya diketahui oleh Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa saja.

قَالُواْ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء

Para malaikat bertanya: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu makhluk yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,” (QS. Al-Baqarah [2]: 30).

Ini merupakan pengagungan dan pemuliaan para malaikat kepada Rabb mereka, dimana terkadang Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa menciptakan mahkluk serupa dengan akhlak makhluk yang terdahulu, atau Allah menceritakan kepada para malaikat tentang penciptaan Nabi Adam ‘Alaihissalam dan apa yang akan terjadi dari keturunan beliau yang jahat. Allah pun menjawab kepada malaikat:

إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu sekalian ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30).

Dialah yang ilmunya mencakup segala sesuatu, khususnya maslahat dan manfaat yang tak terbilang yang akan terjadi pada makhluk ini.

Allah Ta’aalaa mengingatkan mereka tentang Dzat-Nya, kesempurnaan ilmu-Nya, serta kewajiban mengakui keluasan ilmu dan hikmah Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa, yang diantaranya adalah bahwa Dia tidak akan menciptakan sesuatu sia-sia atau tanpa hikmah.

Kemudian Allah menjelaskan secara terperinci (tentang penciptaan Adam ‘Alaihissalam). Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa menciptakan Nabi Adam dengan Tangan-Nya sebagai bentuk pemuliaan baginya atas seluruh makhluk. Dia genggam segenggam tanah dari seluruh jenisnya, yang lunak dan yang keras, serta yang baik dan yang buruk, agar keturunannya nanti bertabiat seperti itu.

Nabi Adam ‘Alaihissalam awalnya adalah tanah, lalu Allah memberi air padanya, dan jadilah dia ath-thiin (air bercampur tanah). Kemudian, tatkala air telah lama  bercampur dengan ath-thin tersebut, berubahlah ia menjadi lumpur yang dibentuk, sebuah campuran air dan tanah yang berwarna hitam. Lalu Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa pun mengeringkannya setelah membentuknya. Jadilah ia seperti tembikar yang memiliki suara, dimana pada tahapan ini, Nabi Adam ‘Alaihissalam masih berupa jasad tanpa ruh.

Setelah sempurna penciptaan beliau, ditiupkanlah ruh kepadanya. Berubahlah jasad yang mulanya mati menjadi hidup, memiliki tulang, daging, saraf, pembuluh darah, serta ruh, Inilah manusia yang sesungguhnya. Lalu Allah mempersiapkannya untuk bisa menyerap seluruh pengetahuan dan kebaikan. Setelah itu, Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa sempurnakan nikmat kepadanya. Dia ajari nama-nama benda seluruhnya.

Sumber: Taisiir al Lathiif al Mannaan, fi khulaashoti tafsiir al Qur’an, karya Syaikh Abdurrahman as Sa’di 319-320

——————————–

* Materi ini disampaikan dalam kajian rutin Qashashul Anbiya’ (Kisah Para Nabi) yang disampaikan oleh ustadz Ridwan Hamidi, Lc di masjid Darul Ulum Yogyakarta. (Kajian diselenggarakan oleh Wahdah Islamiyah Yogyakarta)

Sumber: kisahrasul.wordpress.com/2010/01/18/kisah-adam-dari-buku-syaikh-as-sadi-1/

Rasul shallallahu’alaihi wasallam sebaik-baik teladan dalam hidup

19 Januari 2010 Tinggalkan komentar

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

Adalah sebaik-baik teladan dalam hidup anda

Oleh: DR. Yahya Ibrahim Yahya

Hanya beliau dalam catatan sejarah yang menjadi suri teladan dalam segala aspek.

  • Jika anda seorang hartawan, teladanilah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau berdagang dengan membawa barang dagangan antar Hijaz dan Syam, dan menguasai perbendaharaan Bahrain…
  • Jika anda termasuk orang yang kurang mampu dalam hal materi, maka ikutilah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam  yang terisolir di lembah Abi Thalib, ketika beliau meninggalkan tempat tinggalnya berhijrah ke Madinah beliau tidak membawa harta benda sedikitpun…
  • Jika anda seorang penguasa maka ikutilah sunnah beliau dan perbuatan-perbuatannya, ketika beliau menjadi penguasa orang arab, beliau menguasai beberapa negeri dan menjadikan penguasa-penguasa mereka tunduk kepada beliau …
  • Jika anda seorang rakyat lemah, anda bisa mengambil dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam teladan yang baik, ketika beliau teraniaya di Mekkah di bawah kekuasaan orang-orang musyrik…
  • Jika anda seorang pemenang, anda juga bisa mengambil contoh dari kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menang melawan musuh-musuhnya pada perang Badar, Hunain dan fathu Makkah…
  • Jika anda seorang yang kalah .., ambillah contoh dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau sedang berperang pada perang Uhud beliau berada di tengah-tengah sahabatnya yang terbunuh dan yang kelemahan karena terluka…
  • Jika anda seorang pengajar, maka anda dapat mengambil contoh darinya, beliau mengajar para sahabatnya di mesjid…
  • Jika anda seorang murid yang  terpelajar, maka anda dapat membayangkan bagaimana keadaan beliau ketika beliau berguru kepada Jibril ‘alaihissalaam.
  • Jika anda seorang penasihat dan pembimbing yang terpercaya, maka dengarkanlah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menasihati para sahabatnya di masjid Nabawi…
  • Jika anda seorang yatim piatu, ayah beliau meninggal ketika beliau masih di dalam kandungan, kemudian ibunya meninggal ketika masih berumur 6 tahun…
  • Jika anda seorang anak-anak, perhatikan ketika beliau masih kecil di susukan oleh Halimah Sa’diah dengan penuh kasih sayang…
  • Jika anda seorang pemuda, maka bacalah perjalanan seorang penggembala Makkah…
  • Jika anda seorang pedagang yang melakukan perjalanan membawa barang dagangan, maka perhatikanlah  keadaan pemimpin kafilah yang hendak menuju Basrah…
  • Jika anda seorang hakim, maka perhatikan kebijaksanaan beliau menangani permasalahan ketika para pembesar Makkah saling berselisih dan hampir berperang untuk memperebutkan meletakkan hajar aswad pada tempatnya, mari kita melihat bagaimana beliau menyelesaikan perkara dengan penuh kearifan ketika beliau berada di halaman mesjid Madinah, beliau tidak pilih kasih dan menyamakan hak antara orang kaya dan miskin.
  • Jika anda seorang suami, maka bacalah sejarah dan kehidupan yang jujur dan adil terhadap suami Khadijah dan Aisyah, jika anda seorang ayah terhadap anak-anak anda maka belajarlah terhadap apa yang telah di lakukan oleh ayah Fatimah az Zahra atau kakek Hasan dan Husein…

Di posisi manapun anda dan bagaimanapun keadaan yang anda alami, siang dan malam yang anda lalui maka anda bisa mencontoh kehidupan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai petunjuk dan teladan yang baik yang dapat mencerahkan kehidupan anda, kemudian dapat memperbaiki urusan-urusan anda yang membingungkan. Beliau adalah pribadi yang agung di dunia ini.

Sumber: http://www.rasoulallah.net/subject_indo.asp?hit=1&parent_id=1&sub_id=161

Ada sedikit koreksi terjemahan dan edit tulisan yang dilakukan oleh Ust Ridwan Hamidi, Lc agar lebih sesuai dengan teks arabnya.

Apakah batasan seseorang telah dikatakan masbuq?

18 Januari 2010 Tinggalkan komentar

Apakah batasan seseorang telah dikatakan masbuq dalam shalat gerhana?

Jawaban:

Berikut ini petikan penjelasan terkait masalah ini, yang diambilkan dari buku Bughyatul Mutathowwi’ fi Shalaati at Tathawwu’ karya Syaikh Muhammad bin Umar bin Salim Bazamul

إذا فاته ركوع من الركوعين في الركعة:

صلاة الكسوف ركعتان، كل ركعة بركوعين وسجدتين ؛ فمجمل الصلاة أربع ركوعات وأربع سجدات في ركعتين.

ومن أدرك الركوع الثاني في الركعة الأولى؛ فاته فيها قيام وقراءة وركوع، وبناء عليه لا يكون قد جاء بركعة من ركعتي صلاة الكسوف؛ فلا يعتد بهذه الركعة، وعليه بعد سلام الإمام أن يأتي بركعة بركوعين على ما ثبت في الأحاديث الصحيحة. والله أعلم.

والدليل عليه قوله صلى الله عليه وسلم: “من عمل عملاً ليس عليه أمرنا؛ فهو رد”. متفق عليه. وليس من أمر الرسول صلى الله عليه وسلم صلاة ركعة من صلاة الكسوف بركوع واحد. والله أعلم.

Jika Seseorang Tertinggal Mengerjakan Satu dari Dua Ruku’ Dalam Satu Raka’at.

Shalat kusuf ini terdiri dari dua raka’at, masing-masing raka’at terdiri dari dua ruku‘ dan dua sujud. Dengan demikian, secara keseluruhan, solat kusuf ini terdiri dari empat ruku’ dan empat sujud di dalam dua raka’at.

Jika seorang makmum mendapati ruku’ kedua dari raka’at pertama, berarti dia telah kehilangan berdiri, bacaan al fatihah dan surat), dan satu ruku’. Dan berdasarkan hal tersebut, berarti dia belum mengerjakan satu dari dua raka’at shalat kusuf, sehingga raka’at tersebut tidak dianggap telah dikerjakan. Berdasarkan hal tersebut, setelah imam selesai mengucapkan salam, maka hendaklah dia mengerjakan satu rakaat lagi dengan dua ruku’, sebagaimana yang ditegaskan di dalam hadits-hadits shahih. Wallahu a’lam.

Yang menjadi dalil baginya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

yang artinya: “Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang bukan atas perintah kami, maka dia akan ditolak.” [Muttaffaq ‘alaihi][1]

Dan bukan dari perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, shalat satu raka’at saja dari shalat kusuf dengan satu ruku’. Wallahu ‘alam


[1] Hadits shahih. Diriwayatlkan oleh al-Bukhari sebagai kata pembuka dengan lafaz ini di dalam Kitaabul Buyuu’, bab An-Najasy, Fathul Baari (IV/355). Dan diriwayatkan secara bersambungan di dalam Kitabush Shulh, bab Idzaa Ishtalahu ‘alaa Shulhi Juurin fa Shulhu Marduud, dengan lafaz: “Barangsiapa membuat suatu hal yang baru dalam perintah kami ini, yang bukan darinya, maka dia tertolak”. Dan diriwayatkan oleh Muslim di dalam Kitaabul Uqdhiyah, bab Naqdhul Ahkaam Al-Baathilah wa Raddu Muhdatsaatil Umuur, (hadits no. 1718). Dan lihat juga kitab, Jaami’ul Ushuul (I/289).

——— — –

* Paparan ini disampaikan oleh ustadz Ridwan Hamidi, Lc dalam kesempatan kajian di Masjid Abu Bakar, Komplek SD Al Amanah, Cikole, Lembang, pada hari Jum’at 15 Januari 2010.