Beranda > Aqidah > “YESUS” BELUM WAFAT

“YESUS” BELUM WAFAT

Di antara keyakinan Ahlussunnah, yang membedakannya dengan kelompok  lain adalah aqidah tentang masih hidupnya Nabi Isa. Beliau ada di langit dan suatu saat nanti menjelang kiamat akan turun.
Yang membedakannya dengan aqidah orang Kristen adalah keyakinan kita bahwa beliau akan datang menegakkan syari’at Islam,membunuh babi, menghancurkan salib serta bahu membahu dengan kaum Muslimin bersama Imam mereka al-Mahdi guna melawan Dajjal bersama para tentaranya.

Pembahasan kali ini mencoba menyorot persoalan ini. Sebab tidak sedikit dari kaum Muslimin yang  menolak judul di atas karena dianggap non sense. Selamat menyimak !
Nabi Isa ‘alaihissalam -atau dalam lidah orang barat  disebut yesus-belumlah meninggal. Ayat-ayat dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa beliau tidaklah meninggal ataupun dibunuh, tetapi beliau telah diangkat ke langit.

Hal ini sebagaimana diterangkan oleh ayat berikut: “Dan karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Surat an-Nisaa’: 157-158)

Dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris, kita mendapati beberapa ayat yang diterjemahkan memberi kesan bahwa Nabi Isa wafat sebelum Ia diangkat ke keharibaan Allah. Ayat-ayat ini adalah sebagai berikut: (Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku…(Surah Ali Imran: 55)

Pada surat al-Maa’idah ayat 117, peristiwa tersebut diceritakan dengan perkataan Nabi Isa yang juga diterjemahkan seperti itu, seolah-olah menyiratkan arti yang sama bahwa beliau telah wafat: “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu’, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (Surat al-Maa’idah: 117)

Meskipun demikian, makna bahasa Arab dari ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Nabi Isa AS, tidak meninggal dalam arti yang kita pahami. Dalam bahasa Arab, kata yang diterjemahkan dalam ayat-ayat tersebut menjadi “meninggal” (to die) adalah kata “tawaffa” dan berasal dari kata “wafa’” (memenuhi/mengabulkan). Tawaffa tidak berarti “kematian” tetapi merupakan aksi “penarikan jiwa kembali”, baik dalam keadaan tidur maupun meninggal. Juga dari Al-Qur’an, kita memahami bahwa “penarikan jiwa kembali” tidak serta merta bermakna kematian. Misalnya, dalam satu ayat di mana kata “tawaffa” digunakan, makna yang dimaksud bukanlah kematian seorang manusia, tetapi “penarikan jiwa dari tidurnya”: Dan Dialah yang menidurkan kamu (yatawaffaakum) di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (Surat al-An’aam: 60). Kata yang digunakan untuk “menarik kembali” dalam ayat ini adalah sama dengan kata yang digunakan dalam surat Ali Imran ayat 55. Dengan kata lain, dalam kedua ayat tersebut, kata “tawaffa” digunakan dan maknanya jelas bahwa seseorang tidak mati dalam kondisi tidurnya. Karena itu, apa yang dimaksudkan di sini adalah “menarik jiwa kembali”. Makna yang sama juga berlaku pada ayat berikut: “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (Terjemah al Qur’an Surat az-Zumar: 42)

Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat ini, Allah menarik jiwa orang yang sedang tidur, namun Dia mengirim kembali jiwa-jiwa tersebut kepada mereka yang waktu kematiannya belum ditentukan. Dalam konteks ini  tidur, seseorang tidaklah wafat dalam arti meninggal. Akan tetapi, ini untuk periode yang temporal, jiwa meninggalkan tubuh dan tetap pada dimensi yang lain. Ketika kita terbangun, jiwa pun kembali ke dalam tubuh.

Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa ada tiga makna dalam istilah ‘wafat’: wafat kematian, wafat tidur, dan terakhir wafat diangkat kepada Allah. Kondisi terakhir inilah  yang terjadi pada Nabi Isa AS. Kesimpulannya, kita dapat mengatakan bahwa Nabi Isa kemungkinan berada pada suatu tempat yang khusus, diangkat keharibaan Allah. Apa yang sebenarnya dia alami bukanlah kematian dalam arti yang biasa kita pahami, melainkan benar-benar merupakan suatu keberangkatan dari dimensi ini.

Nabi Isa  Akan Kembali ke Bumi
Dari apa yang sejauh ini telah diterangkan, yang pasti adalah beliau akan turun ke bumi menjelang hari kiamat. Jabir bin Abdullah berkata, “Saya mendengarkan Rasulullah bersabda, ‘Umatku tidak akan berhenti berperang untuk membela yang benar hingga datang hari kiamat’. Rasulullah lalu bersabda, ‘Kemudian, turunlah Isa bin Maryam dan pemimpin mereka berkata, ‘Ke sinilah dan pimpinlah kami dalam shalat’, namun dia akan berkata, ‘Tidak! Sebab sebagian kalian adalah pemimpin untuk sebagian yang lain, sebagai penghormatan Allah terhadap umat ini (HR. Muslim), Jadi dengan demikian, Yesus belum wafat ! Wallahu Ta’ala a’lam [ab]

Kategori:Aqidah Tag:, , ,
  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar